Oleh : Silfina
Hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat sekali dan tak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan lingkungan untuk bertahan hidup, baik untuk memenuhi kebutuhan akan makanan maupun tempat tinggal. Meskipun begitu terkadang tangan-tangan jahil manusia sering melakukan perbuatan yang dapat merusak lingkungan. Mereka lupa dan tak menyadari bahwa dengan berkembangnya teknologi tak akan dapat membuat mereka lepas dari pengaruh lingkungan.
Hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat sekali dan tak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan lingkungan untuk bertahan hidup, baik untuk memenuhi kebutuhan akan makanan maupun tempat tinggal. Meskipun begitu terkadang tangan-tangan jahil manusia sering melakukan perbuatan yang dapat merusak lingkungan. Mereka lupa dan tak menyadari bahwa dengan berkembangnya teknologi tak akan dapat membuat mereka lepas dari pengaruh lingkungan.
Beberapa tahun
terakhir ini isu lingkungan selalu menjadi berita teratas di Negeri ini. hampir
di sepanjang tahun 2015 pemberitaan kebakaran hutan menjadi headline berita. Kebakaran hutan telah
mengakibatkan kerugian dan terganggunya berbagai aktifitas. hampir di sebagian
wilayah Indonesia terutama pulau Sumatera dan Kalimantan ditutupi kabut asap
tebal berbulan-bulan lamanya, tidak hanya itu beberapa Negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia juga ikut merasakan dampak kabut asap tersebut. Ribuan
titik api yang tersebar di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan membakar
hutan-hutan yang di Indonesia, sehingga untuk memamdamkan api itu butuh usaha
yang ekstra dan dana yang cukup besar. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan
Hidup yang dipublikasikan melalui http://sipongi.menlhk.go.id tercatat sekitar
326.108.480 hektar jumlah hutan yang terbakar dari tahun 2010 sampai tahun
2015, dan dalam kurun waktu tersebut kebakaran hutan terparah terjadi pada
tahun 2015 dengan jumlah hutan yang terbakar dalam satu tahun tersebut mencapai 261.060.440 hehtar.
Jika melihat
dari luas hutan yang kita miliki, sebagai Negara yang berada pada urutan ke-9
dengan jumlah hutan terluas tentu kita seharusnya malu sekaligus sedih dengan
keadaan ini. Negara yang seharusnya menjadi paru-paru Dunia, kini seperti virus
yang menebarkan racun di udara. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan
selama ini sangat mengganggu aktifitas dan kesehatan masyarakat. Dikutip dari
laman http://cnnindonesia.com berdasarkan data dari peneliti di Fakultas Ilmu
Bumi Vrije universiteit Amsterdam, Guido Van der Werf yang dipublikasikan di
situs World Resources Institute (WRI)
menyebutkan bahwa kebakaran hutan Indonesia tahun 2015 telah melepaskan sekitar
1 miliar ton karbondioksida ke udara, lebih besar dari rata-rata pengeluaran
emisi tahunan Jerman. Tak bisa dibayangkan betapa kotor dan penuh racunnya udara
yang dihirup masyarakat disekitar wilayah pembakaran hutan tersebut. Tak hanya itu
kebakaran hutan juga dapat merusak keseimbangan Alam dan kelestarian flora dan
fauna,dan yang paling mengkhwatirkan adalah jumlah hutan Indonesia yang selalu
berkurang akibat kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan secara masif.
Kabut Asap di Kota Pekan Baru 14 September 2015 (Sumber : www.m.tempo.co) |
Maraknya
kegiatan pembakaran hutan beberapa tahun terakhir ini, jika ditelurusi salah
satu penyebabnya adalah permasalahan kependudukan. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk tentu semakin meningkat pula jumlah kebutuhan akan makanan, tempat
tinggal, dan lapangan pekerjaan sehingga menuntut penambahan luas lahan untuk
bercocok tanam, kawasan pemukiman, kawasan industri dan pusat perbelanjaan.
Namun disisi lain luas permukaan Bumi tidak mengalami peningkatan. Maka untuk
memenuhi kebutuhan tersebut banyak hutan yang dimusnahkan untuk dijadikan lahan
bercocok tanam, kawasan pemukiman, kawasan industri dan pusat perbelanjaan.
tanpa disadari kegiatan tersebut telah menyandera hak-hak untuk hidup beberapa
tumbuhan dan hewan demi memenuhi kebutuhan segelintir orang. Kegiatan pembakaran
hutan dengan dalih membuka lahan baru ataupun menganggap telah memiliki hak
untuk wilayah tersebut jadi dapat melakukan apapun, tentu tidak dapat
dibenarkan karena hutanmu juga hutan kita bersama, kerusakan yang ditimbulkan
akan berdampak terhadap banyak orang.
Menekan laju
pertumbuhan penduduk adalah salah satu cara yang dapat dilakukan disamping
melakukan reboisasi terhadap hutan yang telah rusak untuk meminimalisir dampak
kebakaran hutan. Berdasarkan data BPS laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010
sampai tahun 2014 adalah sebesar 1,40 persen. Angka laju pertumbuhan ini memang
cenderung turun, jika dibandingkan dengan tahun 1971 sampai tahun 1980 angka laju
pertumbuhan penduduk yang mencapai 2,31 persen, hal ini tentu tidak lepas dari
keseriusan pemerintah dan kerja sama masyarakat dalam menekan laju pertumbuhan
penduduk selama ini. Namun melihat kondisi kegiatan pembakaran hutan yang terus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan, kawasan pemukiman, kawasan
perindustrian, dan pusat perbelanjaan yang kian bertambah, tentu angka laju
pertumbuhan penduduk 1,40 persen bukanlah angka yang ideal, diharapkan laju
pertumbuhan berada dibawah angka 1
persen sehingga tidak banyak lagi hutan, tumbuhan dan hewan yang terkorbankan
oleh meningkatnya populasi manusia.
Pelatihan singkat pra
nikah bisa menjadi salah satu solusi dalam menekan laju pertumbuhan penduduk
saat ini. Pemerintah bisa membuat aturan bahwa kegiatan pelatihan pra nikah
menjadi salah satu syarat yang wajib dilalui oleh pasangan yang akan menikah.
Materi yang diberikan menyangkut permasalahan kependudukan, permasalahan
lingkungan, pentingnya membentuk keluarga berencana, serta hak dan kewajiban
seorang istri dan suami sehingga dengan memberikan pendidikan dan pemahaman tersebut
kepada calon mempelai diharapkan dapat terbentuknya komitmen kedua belah pihak
untuk membentuk keluarga berencana dengan dua anak lebih baik dan peduli
terhadap lingkungan sekitar, sehingga dari awal keluarga terbentuk mereka telah
memiliki tujuan yang jelas untuk membentuk keluarga kecil yang sejahtera.( Sumber : http://quranurdut.blogspot.com) |
0 komentar:
Posting Komentar